![]() |
ISNU Kalbar Gelar Webinar Kebangsaan: Pendidikan Multikultural Kunci Perkuat Keindonesiaan di Era Globalisasi |
TANJUNGPURA.ID (PONTIANAK) – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalimantan Barat (Kalbar) menyelenggarakan Webinar Kebangsaan dengan tema “ISNU Sebagai Penggerak Pendidikan Multikultural Untuk Memperkuat Keindonesiaan di Era Globalisasi” pada Senin, 14 Juli 2025.
Acara yang digelar secara daring melalui platform Zoom ini menghadirkan para pakar untuk membahas peran strategis pendidikan multikultural dalam menjaga keutuhan bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Webinar ini menghadirkan Dr. Muhamad Firdaus, M.Pd (Ketua ISNU Kalbar) sebagai keynote speaker, serta dua narasumber kompeten, yaitu Dr. Tsabit Azinar Ahmad, M.Pd (Dosen UNNES dan Sekretaris LTNU Semarang) dan Dr. (Cand) Suherdianto, M.Pd (Wakil Ketua ISNU Kalbar dan Warek II UPGRIP Pontianak).
Dalam sambutannya, Ketua Umum PW ISNU Kalbar, Dr. Muhammad Firdaus, M.Pd, menyoroti pentingnya pendidikan multikultural, terutama di Kalimantan Barat yang memiliki keragaman budaya yang sangat kaya.
Ia menyuarakan keprihatinan atas potensi hilangnya identitas generasi muda yang tercabut dari akar budayanya dan menegaskan komitmen ISNU untuk memperkuat fondasi pendidikan karakter bangsa.
Hal senada juga disampaikan oleh penanggung jawab kegiatan, Muhammad Anwar Rubai, yang menekankan peran strategis ISNU sebagai agen perubahan.
“ISNU diharapkan dapat memajukan pendidikan yang toleran dan berkeadilan sosial, serta menjaga keutuhan NKRI melalui pendekatan pendidikan multikultural di tengah arus globalisasi,” ujarnya.
Urgensi Pendidikan Multikultural di Indonesia
Dr. Tsabit Azinar Ahmad dalam paparannya menjelaskan bahwa keragaman budaya, etnis, dan bahasa yang dimiliki Indonesia menjadikan pendidikan multikultural sebagai sebuah keniscayaan. Ia memaparkan bahwa secara historis, Indonesia merupakan titik silang peradaban yang membentuk masyarakat yang sangat beragam.
Menurutnya, pendidikan multikultural adalah konsep filosofis yang dibangun di atas cita-cita kebebasan, keadilan, kesetaraan, dan martabat manusia untuk membentuk masyarakat yang inklusif. Dr. Tsabit juga menguraikan lima dimensi pendidikan multikultural yang perlu diimplementasikan, yaitu integrasi konten, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pedagogi kesetaraan, dan pemberdayaan budaya sekolah.
“Peran ISNU sangat penting dalam mengadvokasi nilai-nilai toleransi, menguatkan kurikulum multikultural, memberdayakan pendidik, hingga mencegah radikalisme dan menjadi mediator dialog antarbudaya,” jelas Dr. Tsabit.
Konteks Multikulturalisme di Kalimantan Barat
Sementara itu, Dr. (Cand) Suherdianto, M.Pd, memfokuskan pembahasannya pada konteks Kalimantan Barat yang ia sebut sebagai “ikon multikultural” di Indonesia. Dengan Kota Singkawang sebagai salah satu simbol toleransi nasional, Kalbar memiliki kekayaan etnis, bahasa, dan kearifan lokal yang bisa menjadi kekuatan sekaligus potensi konflik.
“Sejarah Kalbar pernah mencatat rentetan konflik antar etnis dan budaya. Ini menjadi alasan kuat mengapa ISNU harus membumikan pendidikan multikultural di sini,” tegas Suherdianto.
Ia memaparkan beberapa peran strategis ISNU di Kalbar, antara lain melalui edukasi dan literasi nilai toleransi, penguatan moderasi beragama, mediasi sosial dan advokasi konflik, serta kolaborasi lintas etnis dan ormas.
“ISNU harus memiliki SDM yang berwawasan multikultur dan terus melakukan kajian sebagai dasar masukan kepada para pemangku kebijakan,” tambahnya.
Sesi diskusi dalam webinar ini juga berlangsung dinamis, membahas berbagai isu aktual seperti cara mengatasi konflik di media sosial, hubungan antara pendidikan multikultural dengan nasionalisme, hingga tantangan globalisasi.
Para narasumber sepakat bahwa pendidikan multikultural yang dialogis dan inklusif adalah jawaban untuk memperkuat identitas ke-Indonesiaan yang bhineka.