TANJUNGPURA.ID (PONTIANAK) – Sesungguhnya setiap aktifitas ibadah yang dilaksanakan mengandung pembelajaran dan nilai-nilai edukasi bagi pelakunya. Semua aktifitas ritual pada hakikatnya adalah sebagai bentuk penghambaan dengan sikap ketundukan dan kepasrahan kepada Sang Khaliq, Allah SWT.
Ramadhan dengan pelaksanaan puasa di siang harinya dan aktifitas lainnya banyak mengandung unsur penanaman nilai-nilai pendidikan dalam rangka mencetak manusia yang muttaqin. Manusia muttaqin adalah orang-orang bertakwa yang taat pada perintah-Nya dan takut larangan-Nya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepada orang yang bertakwa, Allah SWT berikan bonus berupa diberikan jalan keluar solusi alternatif dari berbagai persoalan. Bukankah hidup kita tidak lepas dari masalah dan persoalan? Tergantung ringan beratnya masalah yang dihadapi. Bonus kedua bagi mereka yang bertakwa adalah bahwa IA akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Nilai-nilai Ramadhan apa yang bisa diambil dalam prosesi tahunan ini? harapannya bukan saja adanya peningkatan ibadah khusus Ramadhan tapi mudah-mudahan bisa dilanjutkan pada 11 bulan pasca Ramadhan.
Pertama, puasa mendidik kita untuk merasakan hadirnya Allah SWT sehingga berpengaruh dalam pengawasan pekerjaan dan perbuatan kita. Sebagai permisalan, sangat mudah kita menghirup atau menelan air sangat berkumur sebelum sholat saat berwudhu.
Tapi mengapa tidak kita lakukan? Inilah wujud keimanan kita, merasakan kehadiran Allah SWT bahwa IA Maha Melihat. Sungguh akan aman dan baiknya kehidupan kita jika pengawasan ini melekat pada setiap diri kita, apakah ia pejabat, pengusaha, politikus, dan pengambil keputusan atau bahkan siapapun memahami dekatnya dan merasakan kehadiran-Nya mengawasi aktifitas kita.
Kedua, puasa mengajarkan kita untuk sementara waktu mengendalikan konsumsi halal. Makan dan minuman halalan thoyyiba silakan dinikmati selain siang Ramadhan, tapi kala siang Ramadhan segala kenikmatan ini untuk sementara ditahan dulu dan dinikmati kembali saat azan maghrib dikumandangkan.
Tingkatan puasa sejatinya adalah mendidik kita untuk tidak semuanya saat menikmati sesuatu meskipun halal apalagi secara berlebihan.
Allah SWT. mengingatkan: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Qs. Al Furqan/ 25: 67).
Ketiga, puasa Ramadhan mendidik pelakunya bahwa tidak makan dan minum juga bagian dari proses pencerahan rohani seseorang.
“Puasa Ramadhan memang harus difahami sebagai aktifitas ruhani kita, peningkatan kualitas sholat, semakin gemar bershadaqah, semakin sering membaca dan tadabbur al Quran, semakin banyak mendoakan kebaikan, semakin melibatkan asma Allah saat beraktifitas dan sebagainya. Bukankah doa menjadi awal dari aktifitas kita saat berbuka. Pendidikan disiplin ini harus menjadikan kita lebih memaknai Ramadhan,”.
Keempat, puasa Ramadhan menjadi moment untuk start mengawali kehidupan dekat dengan agama, sangat akrab ditelinga kita adanya pengajian menjelang buka puasa bersama di kantor-kantor, adanya taushiyah santapan rohani di berbagai lembaga, sanlat (pesantren kilat), buka puasa bersama anak-anak yatim dan sebagainya.
Hendaknya aktifitas ini tidak hilang dengan berakhirnya Ramadhan tapi menjadikannya sebagai agenda rutin bulan atau pekanan.
Kelima, puasa Ramadhan menjadi moment mendorong keluarga untuk menjadwalkan rutin membaca al Quran.
Motivasi dengan kata-kata, “ayo jangan sampai terlewatkan target membaca al Quran, ayo jangan lewatkan tarawih dan witir dan sebagainya, ayo shadaqah setiap hari”. Kepala keluarga menjadi faktor penting untuk menciptakan suasana keagamaan di keluarga masing-masing.
Saudaraku, Ramadhan telah berada disekitar kita dengan berbagai kebaikan di dalamnya, mari gunakan kesempatan ini untuk terus meningkatkan kuantitas dan kualitas Ramadhan kita.
Ramadhan terus berjalan dan satu saat akan meninggalkan kita, tapi nilai-nilai pendidikan di dalamnya semoga dapat kita maknai dalam kehidupan seharai-hari. Semoga Allah SWT menerima amal kita.
Penulis : Sholihin HZ (Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Kalimantan Barat/Sekum PW IPIM Kalimantan Barat)
Penulis : Dohu
Editor : Hendro
Sumber Berita : Pontianak