- Keuangan 69% generasi Baby Boomers aman dibandingkan 57% responden Gen Z.
- Lebih dari seperempat responden Gen Z (28%) tidak meminta bantuan ketika membuat keputusan keuangan.
- 92% responden merasakan tekanan inflasi dan 44% responden sangat sulit menutupi pengeluaran
- Lebih dari separuh (54%) responden masih belum memiliki rencana keuangan di atas 12 bulan, dan hanya 8% merencanakan lebih dari 10 tahun ke depan.
TANJUNGPURA.ID (HONG KONG) – Hari ini Sun Life Asia meluncurkan Financial Resilience Index Sun Life Asia kedua: Menyeimbangkan kebutuhan hari ini dengan tujuan masa depan, berisi rincian pengamatan tentang cara penduduk Hong Kong mengelola keuangan selagi mengatasi keuangan yang tidak menentu saat ini. Temuan ini mengungkapkan bahwa meskipun persepsi keamanan finansial secara keseluruhan sudah agak membaik, kenyataannya lebih menyedihkan. Terutama bagi Gen Z, yang menurut survei adalah generasi yang keuangannya paling tidak aman dan paling tidak tangguh, jauh berbeda dengan 69% generasi Baby Boomers yang keuangannya aman.
Penelitian ini mensurvei lebih dari 6.000 responden di Hong Kong, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Selain itu juga menyoroti tren tentang perencanaan keuangan, literasi, tingkat risiko yang akan diambil, dan peran nasihat profesional dalam membangun ketahanan jangka panjang.
Gen Z menghadapi tantangan terberat untuk mencapai keamanan finansial
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepercayaan diri dan kesiapan Gen Z tertinggal dari generasi lain. Hanya 57% responden Gen Z yang merasa mencapai keamanan finansial, jauh di bawah Baby Boomers sebanyak 69% sebagai generasi yang finansialnya paling aman, dan 66% generasi Milenial. Meskipun mereka punya waktu, cara investasi mereka lebih menunjukkan keraguan dibanding ambisi, di mana 59% menyatakan diri mereka adalah investor konservatif. Hal ini menunjukkan bahwa mereka kurang mengetahui cara menyeimbangkan risiko dan imbalan jangka panjang.
Gen Z juga paling mandiri dalam memutuskan tentang keuangan daripada semua generasi lain. Lebih dari seperempat (28%) Gen Z tidak meminta saran sama sekali meskipun mereka adalah generasi yang paling membutuhkan bimbingan dan dukungan terstruktur. Selain itu, Gen Z juga paling sering bertanya pada perangkat AI (19%) untuk meminta saran keuangan dibanding kelompok usia lain (Milenial 18%; Gen X 10%; Baby Boomer 11%).
Kata David Broom, Chief Client and Distribution Officer di Sun Life Asia, “Gen Z punya waktu. Tapi bukannya percaya diri, mereka justru merasa ragu dan khawatir saat beranjak dewasa di dunia yang dibentuk oleh ketidakstabilan ekonomi dan biaya hidup lebih tinggi. Memperkuat literasi keuangan mereka dan menghubungkan mereka dengan berbagai sumber nasihat terpercaya akan memberi mereka sarana untuk membangun masa depan yang lebih stabil.”
Fokus jangka pendek dibanding kekayaan jangka panjang
Setelah inflasi tinggi selama beberapa tahun, banyak orang berusaha keras mengelola pengeluaran harian dan pengeluaran jangka panjang. 92% merasakan dampak kenaikan harga yang tidak henti-hentinya, dan 44% merasakan dampak signifikan terhadap kemampuan untuk menutupi pengeluaran bulanan.
Seiring meningkatnya biaya hidup yang terus menekan anggaran rumah tangga, semakin banyak orang berfokus untuk memenuhi kebutuhan mendesak dibanding merencanakan tujuan masa depan mereka. Mengelola pengeluaran harian menjadi prioritas keuangan yang utama bagi 60% responden, meningkat dari 54% tahun lalu. Sedangkan perencanaan pensiun menurun dari posisi kedua menjadi keenam tahun ini. Jelas menandakan bahwa membuat anggaran saat ini adalah lebih penting dibanding tujuan jangka panjang.
Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, memiliki tabungan darurat juga naik peringkat dan kini menjadi tujuan terpenting kedua (42%).
Mencapai keamanan finansial semakin sulit akibat kurang memiliki perencanaan jangka panjang. Meskipun sedikit meningkat setiap tahun, kesiapan keuangan jangka panjang masih amat sangat rendah. Lebih dari separuh responden (54%) masih belum memiliki rencana keuangan di atas 12 bulan, dan hanya 8% merencanakan lebih dari 10 tahun ke depan. Hal ini menunjukkan kesenjangan serius dalam hal wawasan keuangan dan ketahanan keuangan.
Menjembatani kesenjangan ketahanan
Temuan survei ini juga mengungkapkan perbedaan mencolok antara mereka yang ketahanan finansialnya tinggi dan yang rendah.
Orang-orang dengan ketahanan finansial yang tinggi dikategorikan dalam survei ini sebagai orang yang sangat mampu bertahan terhadap guncangan keuangan dan mencapai tujuan keuangan mereka. Mereka cenderung memprioritaskan tabungan darurat (43%) dan pendidikan untuk diri sendiri atau anak mereka (39%). Sebaliknya, responden yang ketahanan finansialnya rendah sebagaimana dikategorikan dalam survei ini juga kurang mampu bertahan menghadapi guncangan keuangan dan kurang percaya diri dalam mencapai tujuan keuangan. Mereka lebih berfokus untuk melunasi utang (42%) atau mengumpulkan dana darurat (40%).
Mereka yang memiliki ketahanan finansial tinggi juga memiliki kepercayaan diri finansial tinggi. 83% yakin bahwa mereka mampu memenuhi kewajiban jangka pendek, sedangkan 82% yakin akan mencapai tujuan tabungan jangka panjang. Hampir separuh (45%) berkata bahwa mereka mandiri dalam hal keuangan selama lebih dari enam bulan seandainya terjadi krisis. Kelompok ini juga lebih cenderung mencari saran profesional, 40% bekerja bersama penasihat keuangan. Banyak yang mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan keuangan mereka. 49% membaca tentang keuangan pribadi dan 45% berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
Hanya 25% responden yang memiliki ketahanan finansial rendah merasa mampu mengelola keuangan jangka pendek, dan hanya 13% yang berharap mampu mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Yang mengkhawatirkan, 89% mengatakan tidak akan mampu menghidupi diri sendiri selama lebih dari enam bulan jika kehilangan pekerjaan atau menderita penyakit serius. Hanya 27% berkonsultasi dengan penasihat profesional karena lebih sering mengandalkan jaringan informal atau media sosial.
Kata David Broom, Chief Client and Distribution Officer di Sun Life Asia, “Temuan dari penelitian ini jelas membuktikan kesenjangan yang kian lebar antara mereka yang mencapai stabilitas keuangan dan mereka yang terjebak di siklus bertahan hidup dalam jangka pendek. Literasi keuangan semakin penting dalam iklim ekonomi saat ini. Sun Life percaya bahwa literasi keuangan dapat membuat perbedaan luar biasa agar lebih mampu mengendalikan perjalanan keuangan mereka. Kami memberikan saran dan solusi yang dibutuhkan oleh Nasabah kami untuk mengelola keuangan mereka saat ini dan menabung bagi masa depan.”