TANJUNGPURA.ID (PONTIANAK) – Permainan layang-layang sebagai bagian dari budaya masyarakat kembali menjadi sorotan, terutama ketika aktivitas tersebut mulai mengganggu jaringan listrik dan kenyamanan warga. Tokoh agama Pontianak, Ir. Martin Panggabean, memberikan pandangan sekaligus imbauan agar tradisi ini tetap lestari namun tidak menimbulkan dampak negatif.
Dalam wawancaranya, Martin menegaskan bahwa bermain layang-layang adalah budaya yang telah lama melekat di tengah masyarakat. Namun, perkembangan kota yang semakin padat membuat aktivitas tersebut perlu diarahkan agar tidak mengganggu keselamatan maupun ketertiban umum.
“Bermain layangan itu budaya masyarakat. Tidak dilarang, tetapi harus diarahkan. Kota sudah berkembang, bangunan semakin padat, aktivitas meningkat. Jadi tidak bisa lagi seenaknya bermain di sembarang tempat,” jelas Martin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menekankan pentingnya menyediakan lokasi bermain yang aman, luas, dan jauh dari keramaian. Tempat-tempat seperti tanah lapang, pinggir pantai, atau area terbuka lainnya dinilai lebih ideal dan tidak berpotensi menimbulkan gangguan bagi warga sekitar.
“Budaya itu tetap bisa dijalankan, tapi di tempat yang lebih luas, di luar pemukiman. Jadi tidak mengganggu masyarakat,” katanya.
Terkait gangguan listrik akibat layangan yang tersangkut di kabel PLN, Martin meminta agar masyarakat lebih memahami risiko yang bisa ditimbulkan. Meski PLN telah melakukan berbagai upaya modernisasi jaringan, termasuk pemasangan kabel bawah tanah, masih banyak kawasan yang menggunakan jaringan udara sehingga sangat rawan terganggu oleh layangan bertali kawat atau benang gelasan.
“Kita berharap dengan diarahkan ke tempat yang jauh dari pemukiman, permainan layangan ini tidak lagi mengganggu jaringan listrik. Jangan sampai aktivitas ini merugikan masyarakat,” tegasnya.
Martin juga mengapresiasi upaya PLN untuk meningkatkan kualitas jaringan listrik, namun ia kembali menekankan bahwa pencegahan harus dimulai dari masyarakat itu sendiri.
“PLN sudah berusaha maksimal. Tapi selama jaringan di beberapa titik masih berada di atas, potensi gangguan tetap ada. Karena itu, sebaiknya tempat bermain dialihkan ke luar pemukiman. Dengan begitu, masyarakat dapat menikmati fasilitas listrik dengan lebih baik ke depan,” ujarnya.
Ia berharap kesadaran kolektif ini dapat tumbuh, sehingga budaya bermain layang-layang tetap hidup tanpa harus menimbulkan risiko bagi keselamatan maupun fasilitas publik.
Imbauan ini diharapkan menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah daerah agar dapat menyediakan ruang bermain yang aman dan tertata, sehingga tradisi tetap terjaga dan kenyamanan umum tetap terpelihara.












