TANJUNGPURA.ID (PONOROGO) – Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun, kini memiliki ikon wisata baru yang unik dan sarat edukasi. Melalui Program Kuliah Kerja Nyata
Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (KKN PMM) Tahun 2025, mahasiswa Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor berhasil mengubah kawasan budidaya lebah madu menjadi destinasi wisata digital bernama “Trigona Park”, wisata lebah madu pertama di Kabupaten Ponorogo.(21/10/2025).
Mengusung tema “Transformasi Digital Kawasan Wisata Lebah Madu Desa Mrayan Melalui Edukasi dan Penerapan Teknologi Augmented Reality,” program ini merupakan bagian dari hibah Kemdiktisaintek 2025 yang memadukan potensi alam dengan sentuhan teknologi modern.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebanyak 20 mahasiswa Program Studi Teknik Informatika UNIDA Gontor terjun langsung selama September hingga Oktober 2025, bekerja sama dengan Pemerintah Desa Mrayan, Kelompok Tani Hutan (KTH), dan BUMDes setempat. Mereka mengembangkan teknologi Augmented Reality (AR) sebagai media interaktif untuk memperkenalkan ekologi lebah madu Trigona.
Dengan ponsel pintar, pengunjung kini bisa mengarahkan kamera ke titik-titik tertentu di kawasan wisata dan melihat tampilan digital yang menampilkan informasi seputar jenis lebah, proses panen madu, hingga manfaat ekologisnya.
“Dulu informasi tentang lebah hanya lewat papan dan QR code, sekarang pengunjung bisa belajar langsung melalui tampilan digital tiga dimensi yang interaktif,” ujar Faisal Reza, M.Kom, salah satu Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) program ini bersama Dr. Yayan Firmansah, S.E.I., M.PSDM.
Program ini tidak hanya berfokus pada digitalisasi wisata, tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Mahasiswa turut membantu pelatihan pemasaran digital, perbaikan tata kelola wisata, hingga promosi produk madu lokal agar mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Selain itu, kegiatan KKN PMM juga mencakup pengabdian sosial dan keagamaan, seperti menghidupkan kegiatan masjid, mengajar anak-anak membaca Al-Qur’an, serta memperkuat nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat.
Menurut Kepala Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) UNIDA Gontor, Dr. Riza Ashari, M.Pd.I, kegiatan ini merupakan wujud konkret pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Kami bangga, mahasiswa UNIDA Gontor mampu menjadi agen perubahan yang mentransformasi budidaya lebah klanceng menjadi wisata edukatif berbasis teknologi. Ini adalah sinergi antara ilmu, teknologi, dan pengabdian,” ujarnya dalam rilis resmi, Senin (20/10/2025).
Kepala Desa Mrayan, Juwanto, menyampaikan apresiasi tinggi kepada mahasiswa dan dosen UNIDA Gontor atas kontribusinya. Ia menilai program ini sebagai tonggak baru bagi perekonomian desanya.
“Dulu lebah Trigona hanya sebatas produksi madu. Sekarang, berkat tangan kreatif mahasiswa UNIDA Gontor, kami punya destinasi wisata edukatif yang menarik. Mimpi kami memiliki wisata lebah madu pertama di Ponorogo akhirnya terwujud,” ujarnya penuh haru.
Menurutnya, keberadaan Trigona Park bukan hanya memperkuat identitas Desa Mrayan sebagai Kampung ProKlim tingkat Madya Nasional, tetapi juga membuka peluang baru bagi UMKM, kelompok tani, dan pelaku wisata lokal untuk berkembang.
“Kami berharap kerja sama ini terus berlanjut. Mrayan kini bukan hanya desa penghasil madu, tapi juga desa wisata yang menebar ilmu dan inspirasi,” tutup Juwanto.
Salah satu peserta KKN, Firdis Firnadi, mengaku bangga bisa terlibat langsung dalam proyek ini. Baginya, pengalaman tersebut bukan hanya tentang penerapan teknologi, tetapi juga tentang memahami makna pemberdayaan masyarakat.
“Kami belajar bahwa teknologi tidak akan berarti tanpa kebermanfaatan bagi masyarakat. Di Trigona Park, kami melihat bagaimana inovasi digital bisa menyatu dengan kearifan lokal dan memberi dampak ekonomi yang nyata,” tutur Firdis.
Firdis menambahkan dengan konsep edukasi berkelanjutan, Trigona Park kini menjadi tempat belajar terbuka bagi pelajar, peneliti, dan wisatawan yang ingin memahami ekosistem lebah tanpa sengat serta kontribusinya terhadap lingkungan.
“Melalui sinergi antara universitas dan desa, program ini diharapkan menjadi model pengembangan wisata edukatif berbasis teknologi di daerah pedesaan,” harapnya.
Dengan semangat inovasi dan pengabdian, mahasiswa UNIDA Gontor bersama masyarakat Desa Mrayan berhasil membuktikan bahwa teknologi dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai lokal, dakwah, dan keberlanjutan lingkungan.