![]() |
Kasat Binmas Polres Kubu Raya, AKP I Komang S |
TANJUNGPURA.ID (KUBU RAYA) – Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia menjadi perhatian serius Kasat Binmas Polres Kubu Raya, AKP I Komang S. Berdasarkan data UNESCO, tingkat literasi membaca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001 persen, yang berarti dari 1.000 orang, hanya satu orang yang memiliki kebiasaan membaca.
Hal tersebut disampaikannya saat memberikan materi pembinaan kepada para pemuda di Kubu Raya. Ia menegaskan bahwa kondisi ini perlu menjadi refleksi bersama, terutama menjelang era bonus demografi dan Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Data UNESCO menunjukkan literasi membaca kita sangat minim, hanya 0,001 persen. Artinya, dari seribu orang hanya satu yang hobi membaca. Padahal literasi yang tinggi adalah kunci kemajuan bangsa,” ujar AKP I Komang S.
Menurutnya, minat baca yang rendah bisa dilihat dari perilaku anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain gim dibanding membaca buku. Ia mengingatkan bahwa kebiasaan tersebut dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan daya saing generasi muda.
“Anak-anak sekarang lebih akrab dengan gawai dibanding buku. Padahal membaca membuka wawasan dan memperluas pengetahuan. Kalau literasi rendah, bagaimana kita siap menyambut Indonesia Emas?” tegasnya.
AKP I Komang S mengaitkan pentingnya membaca dengan nilai spiritual. Ia mengingatkan bahwa wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW di Gua Hira adalah “Iqra” (bacalah), yang menjadi dasar pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
“Perintah pertama dalam Islam adalah Iqra — bacalah. Artinya membaca adalah awal dari segala pengetahuan. Dengan membaca, wawasan terbuka, dunia pun bisa kita genggam,” tuturnya.
Selain soal literasi, Kasat Binmas juga menekankan peran vital pemuda dalam menjaga moral, demokrasi, dan masa depan bangsa. Ia menyebut sejarah membuktikan bahwa perubahan besar di Indonesia selalu dimulai dari semangat pemuda.
“Pemuda itu energik dan idealis. Sejarah mencatat, dari Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, hingga Proklamasi 1945 — semua digerakkan oleh pemuda,” jelasnya.
Ia bahkan mencontohkan peristiwa Rengasdengklok, ketika para pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Menurutnya, keberanian pemuda saat itu harus menjadi inspirasi bagi generasi sekarang.
“Kalau dulu pemuda berani menjemput kemerdekaan, maka sekarang kita harus berani menjemput masa depan. Setiap pemuda bisa menorehkan sejarahnya sendiri,” ujarnya.
Kasat Binmas berpesan agar generasi muda memilih jalan positif dalam menorehkan sejarah hidupnya. Ia mengingatkan bahwa nama baik dan kontribusi adalah warisan berharga bagi bangsa dan keluarga.
“Kalau ada yang dikenal karena narkoba atau korupsi, itu jadi sejarah kelam. Tapi kalau dikenal karena prestasi dan dedikasi, itu sejarah emas. Maka mari kita pilih mau jadi pelaku sejarah yang mana,” pungkas AKP I Komang S