![]() |
Siti Ramayanti Ungkap Peran Musik Sape’ dalam Regulasi Emosi dan Pelestarian Budaya Dayak Kalimantan Barat |
TANJUNGPURA.ID (PONTIANAK) – Siti Ramayanti, mahasiswi S1 Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUSHA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak yang akrab disapa Uti, berhasil mewujudkan impiannya untuk berkiprah di dunia akademik.
Ia mempresentasikan hasil penelitiannya tentang regulasi emosional pada pemain musik Sape’ suku Dayak Kalimantan Barat dalam forum ilmiah bergengsi International Student Paper Conference on Islamic Studies and Social Science (ISPC) yang digelar pada 24–25 September 2025 di Gedung Pascasarjana IAIN Pontianak. (27/0/2025).
Kegiatan ISPC ini menghadirkan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan Barat, baik PTN maupun PTKIN, serta mendapat dukungan dari tiga kampus penyelenggara: IAIN Pontianak, University Malaysia Sarawak (UNIMAS), dan KUPU-SB Brunei Darussalam. Hadir pula para juri, moderator, serta jajaran pimpinan kampus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Rektor III IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si. 24/09/2025, menyampaikan selamat kepada para peserta sekaligus menegaskan pentingnya ISPC sebagai ruang akademik bagi mahasiswa untuk terus berkarya melalui riset dan publikasi.
Dalam presentasinya yang berlangsung di lantai 4, Room 3 Pascasarjana IAIN Pontianak, Uti mengungkapkan bahwa musik tradisional Sape’, alat musik petik khas suku Dayak, bukan sekadar hiburan atau warisan budaya, tetapi juga memiliki peran penting dalam membantu pemainnya meregulasi emosi secara adaptif, Siti Ramayanti 24/09/2025.
“Musik Sape’ bukan sekadar alunan instrumen, tetapi bahasa jiwa yang menggambarkan perlawanan, kemarahan, kesedihan, dan kebahagiaan. Setiap petikan dawai mampu menenangkan perasaan sekaligus memberi ruang refleksi bagi pemainnya,” ungkap salah satu narasumber penelitian.
Penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap pemain Sape’ Dayak Kanayant, dengan menggunakan pendekatan fenomenologi.
Hasilnya menunjukkan bahwa memainkan Sape’ dapat menjadi strategi regulasi emosi positif, seperti mengalihkan perhatian dari masalah, meningkatkan rasa syukur, hingga memperkuat identitas budaya.
“Penelitian ini membuktikan bahwa melestarikan musik Sape’ tidak hanya menjaga budaya leluhur, tetapi juga berkontribusi sebagai media terapeutik kesehatan mental generasi muda,” ujar Siti Ramayanti 24/09/2025.
Temuan ini, Uti tidak hanya memperkaya literatur psikologi, tetapi juga menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal Dayak Kalimantan Barat di tengah arus modernisasi. Musik Sape’ hadir sebagai warisan tradisi sekaligus media penyembuhan batin yang tetap relevan hingga masa kini.
Kegiatan International Student Paper Conference (ISPC) dinilai memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa. Selain menjadi wadah untuk melatih kemampuan akademik dan kepercayaan diri dalam mempresentasikan hasil penelitian, ajang ini juga membuka peluang mahasiswa untuk memperluas jejaring akademik lintas kampus dan negara.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat belajar berpikir kritis, mengasah kemampuan komunikasi ilmiah, serta menumbuhkan semangat untuk terus meneliti isu-isu sosial, budaya, maupun keagamaan yang relevan dengan perkembangan zaman. ISPC sekaligus mendorong lahirnya generasi peneliti muda yang tidak hanya produktif menulis, tetapi juga peduli pada keberlangsungan budaya dan masyarakat.